Skip to main content

Sejarah Dinasti al-Muwahhidun

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 27, 2012

Dinasti al-Muwahhidun 1 adalah salah satu dinasti yang terkonsentrasi di Afrika Utara bagian Barat. Dinasti ini secara idiologi dan politis terkait dengan pengembangan Islam yang berawal dari sebuah gerakan yang secara intelektual merupakan protes terhadap paham antropomorfisme 2 atau tajsim dan fanatis pengikut mazhab Maliki yang dianggap kaku dan konservatif serta legalistik dan merupakan reaksi terhadap kerusakan kehidupan sosial agama dan politik yang terjadi dimasa kekuasaan dinasti al-Murabithun (l086-ll43 M).3
Dinasti al-Murabithun pada mulanya menunjukkan gerakan keagamaan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh agama yang tinggal di Ribath yang dipimpin oleh seorang guru yang bernama Abdullah Ibn Yasin, akan tetapi ketika gerakan Ribath ini berubah menjadi gerakan militer dan melakukan ekspansi di bawah pimpinan Ibn Tasyfin yang berpusat di Marrakisy,4 maka dalam proses perjalanan sejarah selanjutnya terjadi perubahan sosial politik dan ekonomi yang pada awalnya menunjukkan perubahan positif serta kemajuan yang berarti dalam berbagai bidang. Namun karena raja-raja pengganti tidak lagi sekuat pendahulunya karena pergantian kepemimpinan bukan atas karir serta kapasitas intelektual dan managerial skill yang dimilikinya melainkan atas penunjukkan pemimpin sebelumnya, maka kondisi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya instabilitas yang berimplikasi pada kemunduran sebab besar kemungkinan pemimpin yang ditunjuk itu tidak mampu menangkap peluang dan tantangan serta mengakomodasi berbagai kecenderungan perubahan dan pengembangan. Bisa juga terjadi karena tidak mendapatkan dukungan yang kuat. Di samping itu, lemahnya pemahaman dan penalaran keagamaan, memahami agama secara harfiah serta munculnya paham tajsim bahkan kerusakan sosial keagamaan yang lain seperti kebiasaan minum-minuman keras adalah sebagai bentuk lain dari akibat adanya instabilitas dalam negeri.
Akibat kondisi sosial agama dan politik yang tidak menentu tersebut, maka seorang pemimpin spritual dari suku Barbar Hargha cabang Masmuda yang bernama Ibn Tumart5 mulai menanamkan pengaruhnya dengan mengirimkan surat kepada berbagai suku untuk mengikuti ajarannya. Ibn Tumart ingin menyelamatkan masyarakat dari akidah tajsim. Ada dugaan yang kuat bahwa Mazhab Maliki adalah sebagai suatu mazhab yang secara legalitas formal menjadi mazhab resmi bagi Dinasti al-Murabithun. Indikasi ini dikuatkan oleh peristiwa ketika Ibn Tumart mengadakan suatu perdebatan dengan penguasa al-Murabithun yaitu Ali bin Yusuf. Dalam perdebatan tersebut, beliau menunjukkan reaksi kontras yang keras terhadap paham tajsim dan pengikut Mazhab Maliki yang dianggapnya terlalu kaku di dalam memahami persoalan agama. Dari reaksi yang ditunjukkannya dalam perdebatan tersebut, maka raja memandang bahwa Ibn Tumart amat berbahaya dan akhirnya ia diusir keluar Maroko.6 Dia berkelana dari satu tempat ke tempat lain dan dalam pengembaraannya ia mengembangkan ajarannya dan senantiasa memperhatikan perkembangan al-Murabitun.
Dalam rangka membangun kekuatan politik, ia menggunakan label keagamaan seperti upayanya dalam memurnikan ajaran agama melalui ketauhidan dan menghilangkan hal-hal yang berbau syirik serta pemahaman antropomorfistis terhadap Tuhan. Ketika usahanya tersebut berhasil, pengikut-pengikutnya memanggil Ibn Tumart dengan sebutan Imam (al-Mahdi).7 Baiah al-Mahdi terhadap Ibn Tumart yang dilakukan oleh para pengikutnya ini dipusatkan di wilayah Tinmal pada tahun 5l5 H/ll20 M,8 pada waktu itu juga pengikutnya diberi nama al-Muwahhid. Setelah Ibn Tumart memproklamirkan lahirnya sebuah kekuasaan yang diberi nama al-Muwahhid dan menjadikan wilayah Tinmal sebagai pusat kegiatannya, maka ia membentuk perangkat-perangkat organisasi pemerintahannya. Perangkat-perangkat itu terdiri dari kelompok sepuluh yang disebut al-asyrah, semacam dewan menteri atau kabinet; kelompok lima puluh yang disebut ahl al-khamsin, semacam senat atau penasehat; kelompok tujuh puluh, yang disebut ahl al-sab’in, semacam dewan perwakilan rakyat; dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama senior, yang disebut al-thalabah; al-huffadz; ahl al-dar, para keluarga istana; dan ahl al-Tinmal, sebagai pasukan inti atau kelompok angkatan bersenjata yang memiliki beberapa kabilah sampai kepada masyarakat biasa (al-ghirat).9
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1]Al-Muwahhidun adalah orang-orang yang mengesakan Allah, yang menentang kekafiran antropomorfisme serta menyuruh amar makruf nahi munkar. Lihat Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam II (Jakarta: Dirjen Bimbingan Islam, l993), h. 823.
[2]Antropomorfisme adalah suatu paham yang melekatkan sifat-sifat manusia kepada bukan manusia atau kepada alam. Istilah ini juga dipakai untuk memberi gambaran tentang sifat-sifat Tuhan dengan sifat-sifat dan bentuk manusia. Lihat Pius A. Partanto dan M.Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : Arkola, l994), h. 38.
[3]Lihat C.E. Bosworth, The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-dinasti Islam (Cet.I; Bandung : Mizan, l993), h. 52. Lihat juga K.Ali, op.cit., h. 313.
[4]Disebut al-Murabithun karena mereka sangat sabar dan teguh dimedan perang suci. Pendapat lain mengatakan bahwa mereka adalah sebuah kelompok gerakan keagamaan yang menjadikan “ribath” (semacam surau) sebagai basis pergerakan. Ribath mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai tempat ibadah, sebagai tempat belajar dan sebagai tempat mengatur strategi jihad. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa nama Murabith (al-Murawiah adalah nama kelompok yang diambil dari akar kata yang sama dengan nama pesantrennya, yaitu “ribath”. Lihat Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi (Cet.I; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 286. Lihat juga Ira M. Lapidus, A History Islamic Societies, diterjemahkan oleh Ghufron A Mas’adi dengan judul “Sejarah Umat Islam” (Cet.I; PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 572. Lihat juga Thomas Walker Arnold, The Preaching of Islam, diterjemahkan oleh H.A. Nawawi Rambe dengan judul Sejarah Dakwah Islam (Cet.II; Jakarta : PT. Bumirestu, 1981), h. 276.
[5]Lihat K. Ali, A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dengan judul “Sejarah Islam (Tarikh Pramodern)” (Cet. III ; Jakarta : Fajar Inter Pratama Offset, 2000 ), h. 313.
[6]Ada sumber menyatakan bahwa Ibn Tumart berasal dari kawasan Sus di Afrika Utara. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan nama al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman antropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh al-Murabithun. Karena itu, semangat Ibn Tumart adalah menghancurkan al-Murabithun. Lihat K. Ali, op.cit., h. 313-314.
[7]Lihat Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama (Cet.I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, l997), h. 42.
[8]Lihat Hasan Ibrahim Hasan, Islamic History and Culture, From 632-l968, diterjemahkan oleh Djahdan Humam dengan judul “Sejarah dan Kebudayaan Islam” (Yogyakarta: Kota Kembang, l989), h. 302
[9]Lihat Yoesoef Souyb, Kekuasaan Islam di Andalusia (Cet.I; Medan: Maju, l984), h. l52
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar