Skip to main content

Pendekatan Antropologis dalam Penelitian Sosial dan Agama

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 13, 2011

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dengan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Antropologi dalam kaitan ini, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sikapnya parsitipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pendekataan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada suatu, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak.
Melalui pendekatan antropologis di atas, kita melihat bahwa agama ternyata berkolerasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika kita ingin mengubah pandangan dalam sikap etos kerja seseorang, maka dapat dikatakan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat saja melingkupi kelompok-kelompok kecil dalam struktur masyarakat maupun secara besar dalam tatanan hubungan antara agama dan Negara. Negara dan agama adalah fenomena yang cukup menarik dalam keterkaitannya, kita ambil contoh misalnya Negara Turki Modern yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi konstitusi negaranya menyebut sekularisme sebagai prinsip dasar kenegaraan yang tidak bisa ditawar-tawar. Demikian juga dengan kerajaan Saudi Arabia dan Negara Republik Iran yang berdasarkan Islam. Orang akan bertanya apa yang menyebabkan kedua sistem pemerintahan itu sangat berbeda, yaitu kerajaan dan republik, tetapi sama-sama menyatakan Islam sebagai asas tunggalnya. Bagaimana dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi menjadikan pancasila sebagai asas tunggal.
Kenyataan di atas memberikan gambaran bahwa agama Islam ternyata tidak dijadikan sebagai pilihan utama untuk dijadikan ideologi Negara oleh bahkan Negara yang mayoritas beragama Islam. Dengan demikian pendekatan antropologi sangat diperlukan untuk mendudukan agama dalam pemahaman yang benar di tengah masyarakat yang beridiologi bukan ideiologi Islam khususnya.
Pendekatan antropologis diperlukan adanya, sebab banyak hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis. Dalam al-Quran al-Karim, sebagai sumber utama ajaran Islam misalnya kita memperoleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di padang Arafat, kisah Ashabul Kahfi yang bertahan hidup didalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh; dimana kira-kira gua itu; dan bagaimana pula bisa terjadi hal yang menabjubkan itu; ataukah hal yang demikian merupakan kisah fiktif.
Tentu masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geologi dan arkeologi yang merupakan ilmu cabang dari antropologi.
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar