Skip to main content

Polemik Seputar Tahun Baru I Muharram; Refleksi Peringatan Tahun Baru Hijriyah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 24, 2011

Ibnu Khaldun dalam muqaddimahnya menggambarkan persepsinya tentang sejarah. Sejarah adalah tidak lebih dari sekedar kumpulan catatan peristiwa politik, negara, budaya, dan peradaban masa lalu yang diceritakan pada masa sekarang, demikian kira-kira menurutnya.
Islam sebagai sebuah agama yang diturunkan Allah swt, ke muka bumi untuk manusia dan seluruh alam telah menorehkan catatan peristiwa sejarah yang turut membangun peradaban umat manusia. Setiap tahun dalam kalender islam kita memperingati tahun baru islam 1 muharam, maka kita akan teringatkan oleh peristiwa hijrah Rasululah dari Makkah ke Madinah. peristiwa hijrah Rasulullah inilah yang oleh Umar bin Khattab dijadikan sebagai titik awal kalender islam.
Walaupun di Indonesia umat islam mendominasi secara kuantitas bahkan terbesar di dunia, akan tetapi kalender islam masih kalah bersaing dengan kalender masehi. Hal ini bisa kita lihat dengan mudah, antusiasme masyarakat dalam merayakan tahun baru islam ini masih kurang “terdengar nyaring” sebagaimana masyarakat merayakan tahun baru masehi yang bulan depan akan dirayakan, tentunya dengan terompet tahun baru, kembang api, penuhnya penginapaan dan hotel-hotel dan segudang instrumen perayaan pergantian tahun paling populer sedunia itu.
Rasulullah adalah sosok yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi dalam membaca peluang dimana dan bagaimana islam dapat berkembang dengan pesat dan baik. Maka, ketika Rasulullah memutuskan kota Madinah sebagai wadah untuk pengembangan islam di masa-masa yang akan datang, maka zaman dinasti abbasiyah yang disebut sebut sebagai zaman keemasan islam sebagai salah satu bukti keputusan hijrah Rasulullah adalah keputusan yang tepat.
Tulisan sejarah yang diyakini sebagian besar umat Islam, ternyata dibantah oleh pakar Islam dari Golongan Syi`ah, Jalaluddin Rakhmat. “Sejarah Islam seperti hijrah Nabi Muhammad harus segera diluruskan. Terjadi salah kaprah dan anggapan salah mengenai sejarah hijrah ini. Kalau Anda mengira peringatan 1 Muharam sebagai awal Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah, maka keyakinan itu salah besar.” Demikian dikutip dari kompasiana.com
“Nabi Muhammad yang ditemani sahabat Abu Bakar hijrah ke Madinah pada 12 Rabiul Awal bukan pada 1 Muharam sebagai tanda dimulainya tahun hijriah,” kata Ketua Yayasan Muthahhari, Jalaluddin Rahmat dalam diskusi buku “Psikologi Agama” di Masjid Darul Ihsan PT Telkom, beberapa waktu lalu.
Kang Jalal mengatakan, peringatan tahun baru Islam tiap 1 Muharam juga baru dimulai sejak 25 tahun lalu atau sekira tahun 1970-an yang berasal dari ide pertemuan cendekiawan Islam di AS. “Waktu itu terjadi fenomena maraknya dakwah, masjid-masjid dipenuhi jemaah, dan munculnya jilbab hingga kemudian dikatakan sebagai kebangkitan Islam, Islamic Revival. Hal ini diperkuat dengan liputan majalah Times yang dalam sampul depannya memuat tulisan Islamic Revival, untuk lebih menggelorakan kebangkitan Islam, lanjut Kang Jalal, akhirnya disepakati perlunya peringatan tahun baru Islam hingga menyebar ke seluruh Muslimin termasuk di. “Tidak ada landasan hukum baik al-Quran maupun hadis soal peringatan tahun baru Islam. Saya menganggap bid’ah, tapi tak berani menyebut bid’ah dhalalah,” katanya.
Admin tidak akan mengupas lebih detil tentang perdebatan sejarah Hijrah Rasulullah karena yakin para pembaca sudah banyak mendapatkan informasi tentang hal itu. Penekanan tulisan ini hanya sekedar perenungan makna hijrah dalam kehidupan yang nyata. Di samping itu juga ingin mengajak seluruh umat Islam beramai-ramai merayakan Tahun Baru Islam dengan suasana kebatinan yang Islami. Sungguh ironis melihat bagaimana sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam lebih memfokuskan dan melakukan pesta besar-besaran pada saat Tahun Baru Masehi (1 Januari) dibanding Tahun Baru Islam yang lebih banyak hikmahnya lewat perjuangan Rasulullah menyebarkan ajaran Islam yang sangat dimuliakan Allah swt.
Hijrah artinya pindah, dari hal-hal yang tidak baik menjadi hal-hal yang baik dan pengertiannya bukan hanya sekedar fisik seperti pindah tempat, rumah, kantor atau yang lain. Intinya adalah peningkatan kualitas mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun dan terus-menerus dilakukan dengan landasan istiqomah dan al-haq.
Oleh karena itu, peringatan 1 muharam sebagai permulaan tahun dalam kalender islam, yang Insya Allah jatuh pada esok hari, seharusnya bukan hanya dijadikan rutinitas seremonial belaka. saya melihat kita saat ini terjebak oleh apa yang saya sebut sebagai “penyakit rutinitas” menunaikan acara-acara seremonial peringatan tahun baru islam, tanpa ada bekas apalagi perubahan kehidupan umat islam secara menyeluruh, walaupun memang tidak mungkin dengan hanya memperingati tahun baru islam, maka dalam sekejap islam akan menemukan masa keemasannya. hanya saja saya mengajak para pembaca untuk menjadikan peringatan tahun baru islam ini untuk merenungkan catatan akhir tahun dan merenungkan catatan apa yang akan ditulis dalam buku harian kehidupan kita sebagai umat islam.
SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARRAM HIJRIAH. Semoga kita senantiasa berhijrah dari yang tidak baik ke arah yang lebih baik, atau yang baik ke arah yang lebih baik lagi.
Referensi Makalah®
*Refleksi Admin
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar