Skip to main content

Latar Belakang dan Contoh Hadis Kontroversial

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 07, 2011

Pada masa perkembangan Islam, terutama pada kondisi di mana al-Quran masih diturunkan kepada Nabi saw, ada larangan menulis sesuatu, termasuk hadis selain al-Quran. Karena dikhawatirkan akan bercampur dengan ayat-ayat al-Quran, dan hal ini juga dilakukan untuk menjaga kemurnian al-Quran.
Hadis-hadis yang sampai saat ini, telah melalui proses yang panjang dengan berbagai metode penelitian dan penelusuran yang amat apik, hingga dijumpailah beratus-ratus kitab tentang hadis-hadis yang mempunyai corak yang beragam. Proses periwayatan dalam istilah ilmu Hadis disebut dengan riwayat al-hadil, dan menurut istilah al-riwayat adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis serta penyandaran hadis kepada rangkaian para periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu.
Proses periwayatan hadis yang kemudian dilanjutkan dengan penghimpunannya, telah berlangsung dalam waktu yang cukup panjang dan periwayatan itu lebih banyak berlangsung secara lisan daripada secara tertulis. Hal ini dapat dipahami mengingat apa yang disebut sebagai hadis Nabi tidak selalu terjadi di depan sahabat Nabi yang pandai menulis, sementara itu jumlah sahabat Nabi yang pandai menulis relatif kurang. Kondisi ini memungkinkan terjadinya perbedaan-perbedaan periwayatan dalam hadis Nabi saw.
Posisi Nabi sebagai mubayyin atas segala persoalan yang muncul mendorong Nabi bersikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan, sehingga situasi dan kondisi turut mempengaruhi dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya hadis-hadis Nabi di antaranya untuk memberi jawaban tergadap problema yang dihadapi oleh umat manusia. Di samping untuk menunjukkan kepada umat contoh perbuatan yang benar serta sebagai pernyataan persetujuan Nabi terhadap perbuatan sahabat, baik yang dilakukan di depan Nabi maupun di tempat lain. Oleh karena itu, boleh jadi suatu permasalahan telah terjawab di tempat tertentu, tetapi muncul lagi pada tempat dan suasana yang lain. Di sinilah kemungkinan besar munculnya hadis-hadis yang tampak saling bertentangan dan hal ini dapat dipahami, mengingat ketika Nabi mensosialisasikan sikap, ide dan kebijakannya selalu menyesuaikan situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh tentang hadis yang kontroversial, yang membutuhkan penyelesaian di antaranya, yaitu:
عن عائشة أنها قالت : كان يوم عاشوراء يوما تصوم قريش في الجاهلية وكان النبي يصومه في الجاهلية فلما قدم النبي صامه وأمر بصيامه فلما فرض رمضان كان هو الفريضة وترك يوم عاشوراء فمن شاء صومه ومن شاء تركه.
Hadis ini tampak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Umar, yaitu:
عن ابن عمر قال ذكر عنه رسول الله يوم عاشوراء فقال النبي كان يوما يصومه أهل الجاهلية فمن أحب منكم أن يصومه فليصمه ومن كرهه فليدعه.
Pada hadis yang lain tentang kebolehan dan larangan nikah mut’ah, yaitu:
عن عليا قال لابن العباس عن رسول الله نهى نكاح المتعة وعن لحوم الحمر الأهلية
Hadis di atas bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud, yaitu:
عن ابن مسعود قال : كنا نغزو مع رسول الله ولبس معنا نساء فأردنا أن نختصي فنهانا عن ذالك رسول الله ثم رخص لنا أن ننكح المرأة الى أجل بالشيئ
Dua buah hadis di atas dalam dua tema. Tampak bertentangan hadis yang pertama tentang perintah untuk melaksanakan puasa‘asyura’, dan hadis yang kedua yaitu unsur perintah tentang puasa ‘asyura’ dalamhadis kedua mulai berkurang, bahkan terdapat pilihan untuk meninggalkannya. Kedua hadis ini jelas bahwa terdapat pertentangan yang memerlukan penyelesaian dengan menggunakan beberapa metode.
Pada contoh kedua, yaitu hadis tentang nikah mut’ah. Hadis pertama Nabi melarang untuk mengerjakan nikah mut’ah, sedang hadis kedua Nabi membolehkan untuk nikah mut’ah.
Dalam kaitan ini, M.Syuhudi Ismail mengintrodusir beberapa pandangan tentang hadis-hadis yang kontroversial. Adapun pandangan yang menyatakan bahwa riwayat hadis yang bersangkutan bukanlah sesuatu yang berasal dari Nabi menurut mereka, mustahil Nabi mengemukakan petunjuk yang saling bertentangan. Sementara pandangan lain menyatakan bahwa adanya hadis-hadis yang tampak bertentangan tersebut merupakan bukti bahwa hadis Nabi bukanlah sumber ajaran Islam. Pandangan yang kedua ini jelas adalah kelompok para pengingkar sunnah. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa munculnya hadis-hadis yang kontroversial disebabkan karena kondisi dan situasi yang dihadapi Nabi beraneka ragam dan tingkat intelektualitas pada sahabat dalam menerima hadis juga sangat beragam. Untuk itulah penelitian dan pengkajian hadis-hadis harus digalakkan dan ditumbuhkembangkan untuk menghindari perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam .
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1988. M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fumgsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Umat, Bandung: Mizan, 1994. T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengatar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1954.Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Idris al-Syafi’y, Ikhtilaf al-adyl, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986. M.Syuhudi Ismail, Hadis Nabi, Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar