Skip to main content

Peletakan dan Susunan (tartib) Ayat al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 13, 2011

Al-Quran terdiri atas ayat-ayat dan surah-surah. Ayat-ayat dalam al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur. Terkadang sesudah diturunkan lima ayat dari satu surah misalnya, lalu diturunkan ayat dari surah lain, kemudian barulah diturunkan sambungan surah sebelumnya. Dan setiap ayat tersebut turun, maka Nabi saw. menjelaskan tempat ayat itu diletakkan.
Mengenai tertib ayat yang terdapat dalam al-Quran, para ulama telah sepakat bahwa urutan tersebut merupakan tauqĭfi atau peletakan susunan ayat menurut petunjuk Allah dan Nabi-Nya. Sebagian ulama meriwayatkan bahwa pendapat ini merupakan ijma’, di antaranya Imam az-Zarkasyi di dalam kitabnya Al-Burhan fĭ Ulumil Qurán dan Abu Ja’far ibnu Zubair dalam Munāsabahnya mengatakan “tertib ayat-ayat di dalam setiap surah merupakan sesuatu yang disusun berdasarkan tauqĭfi dan perintah Nabi saw., tanpa diperselisihkan di antara kaum muslimin”.
As-Suyuti telah memastikan hal itu, ia berkata: “ijma’dan nash-nash yang serupa menegaskan bahwa tertib ayat-ayat itu adalah tauqĭfi, tanpa diragukan lagi”. Jibril menurunkan beberapa ayat kepada Rasulullah dan menunjukkan kepadanya tempat ayat itu harus diletakkan dalam surah atau ayat yang turun sebelumnya. Lalu Rasulullah memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya di tempat tersebut. Ia mengatakan kepada mereka: “letakkan ayat-ayat ini pada surah yang di dalamnya disebutkan begini dan begitu, atau letakkan ayat ini di tempat ini”. Susunan dan penempatan ayat tersebut sebagaimana yang disampaikan para sahabat kepada kaum muslimin dan sampai kepada generasi sekarang.
Adapun nash-nash yang disampaikan oleh para ulama yang menunjukkan bahwa urutan ayat-ayat dalam al-Quran merupakan tauqĭfi antara lain sebagai berikut:
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan sanad hasan, dari Usman bin Abil ‘Ásh, ia berkata: “ketika aku duduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba Nabi mengangkat pandangannya kemudian menurunkan pandangannya lagi, kemudian beliau bersabda: ‘Jibril telah datang kepadaku kemudian memerintahkanku untuk meletakkan ayat ini ke tempatnya dalam surah ini, ayat itu adalah surah an-Nahl ayat 90”.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Umar, ia berkata: “saya belum pernah lebih banyak bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu masalah daripada apa yang saya tanyakan kepada beliau tentang al-kalālah, hingga beliau menyentuh jari telunjuknya ke dadaku dan bersabda: cukup bagimu ayat ash-Shaifyang ada di akhir surah an-Nisa”.
Pada dasarnya masih banyak nash-nash yang menunjukkan bahwa tertib ayat al-Quran merupakan tauqĭfi, akan tetapi kami tidak sempat menuliskannya secara keseluruhan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ramli Abdul Wahid, UlumulQurán, edisi revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Mannā‘ Khalĭl al-Qattān, Mabāhis fĭ ‘Ulūml Qur’ān, terj. Mudzakkir, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa-Halim Jaya, 2009.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar