Skip to main content

Referensi Makalah Tentang I'jaz al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 07, 2011

I'jaz al-Quran adalah istilah dari Kemukjizatan al-Quran. Kata i'jāz (اعجاز) adalah bentuk mashdar, berakar kata dari ‘ajaza (عجز) yang terdiri atas tiga huruf, yakni ‘ain, jīm dan żal, kemudian dengan pola tashrīf nya ‘ajaza, yu’jizu, i'jāz melahirkan pengertian secara etimologi “melemahkan”, “membuat lawan menjadi tak berdaya”, sehingga ia tidak mempunyai kekuatan untuk menantang.
Dengan demikian kata i'jāz dapat pula diartikan “membuat sesuatu tidak mampu”, seperti; a’jaztu fulān (saya telah membuat si Fulan tidak mampu) untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan pengertian i'jāz (mukjizat atau kemukjizatan), secara istilah (terminologi) adalah:
المعجزة : أمر خارق للعادة مقرون بالتحدى سالم عن المعرضة
Artinya: Mukjizat adalah sesuatu peristiwa yang (sangat) luar biasa, yang disertai tantangan dan selamat (terbebas) dari perlawanan.
Sejalan dengan pengertian di atas, maka mukjizat juga didefiniskan sebagai sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan itu. Dengan definisi seperti ini, maka dapat dirumuskan bahwa “mukjizat” adalah suatu keluarbiasaan yang terjadi pada diri seorang yang mengaku sebagai nabi atau rasul untuk membuktikan kebenaran misinya, yang disertai unsur tantangan dan tidak dapat dilawan atau ditantang.
Jadi, terdapat empat komponen dalam suatu mukjizat, yaitu (1) keluar biasaan; (2) terjadi pada diri seorang nabi/rasul; (3) menjadi bukti kebenaran risalah kenabian/kerasulan; dan (4) mengandung usnur tantangan yang tidak dapat dilawan. Bila salah satu dari unsur tersebut tidak ada maka suatu kejadian, meskipun tampak luar biasa, tidak dapat disebut sebagai mukjizat. Jadi, pemberian Allah swt kepada selain nabi dan rasul, atau dengan kata lain sesuatu “yang luar biasa” pada diri manusia yang tidak berpredikat nabi dan rasul, tidak dapat disebut “mukjizat”.
Al-Quran sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, berarti kitab suci ini mengandung “keluarbiasaan” dalam segala aspeknya. Namun demikian, maksud kemukjizatan al-Quran bukan semata-mata untuk “keluarbiasaan” melemahkan manusia dalam segala-galanya, akan tetapi maksud i'jāz al-Qurān adalah untuk menjelaskan kebenaran al-Quran dan rasul (nabi Muhammad saw) yang membawanya.
Pada zaman Nabi saw orang-orang Arab sangat terkenal sebagai ahli-ahli sastra, khususnya dalam bidang syair. Keahlian dalam bidang sastra menjadi salah satu tolok ukur kecendekiawanan seseorang sekaligus status sosialnya yang tinggi di masyarakat. Kegemaran terhadap syair-syair setiap tahun di pasar Ukazh (semacam Pekan Raya). Puisi atau syair yang keluar sebagai juara diberi kehormatan untuk digantung di Ka’bah (mu’allaqat) sehingga penciptanya menjadi populer karena dibaca oleh setiap orang yang berziarah ke Baitullah ini.
Dengan turunnya al-Quran keahlian para penyair dan penggubah dari orang-orang Arab pada waktu itu terpatahkan. Orang-orang Arab khususnya kafir Quraisy mencemohkan ayat-ayat al-Quran dengan menyebutkan sebagai asāthir al-awwalīn (dongen-dongen dari orang-orang terdahulu) atau ifk muftarā (ke-bohongan yang diada-adakan oleh Muhammad) yang dibuat berdasarkan bantuan orang lain, sebagaimana yang tersirat dalam QS. al-Furqān:25/4-5;
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ ءَاخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا#وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Terjemahnya: Dan orang-orang kafir berkata: "al-Quran ini tidak lain hanyalah ke-bohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang."
Al-Quran kemudian menjawab ejekan dan cemohan orang-orang kafir, bahkan al-Quran menantang mereka untuk membuat semisal al-Quran. Tantangan tersebut, datang secara bertahap. Pada tahap pertama, tantangan al-Quran datang dalam bentuk uslub umum dan khitabnya ditujukan kepada manusia, bahkan termasuk seluruh jin, untuk membuat semacam al-Quran jika mereka mampu. Namun dalam kurun waktu yang sama al-Quran pun menegaskan bahwa mereka pasti tidak akan mampu menjawab tantangan itu meskipun seluruh jin dan manusia bersatu untuk melakukannya. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Isrā:17/88, yakni;
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
Karena tantangan pada tahap pertama tidak akan mungkin dipenuhi, maka al-Quran kemudian mendatangkan tantangan yang lebih ringan, yaitu membuat sepuluh surah saja seperti al-Quran, sebagaimana dalam QS. Hūd:11/13 yakni;
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Terjemahnya: Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Tantangan yang lebih ringan ini juga tidak mampu dijawab oleh oleh orang-orang kafir Quraisy. Akhirnya al-Quran menantang lagi dengan tantangan yang jauh lebih ringan daripada dua tantangan sebelumnya, yaitu membuat satu surah saja seperti al-Quran, sebagaimana dalam QS. al-Baqarah: 2/23 ;


وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ


Terjemahnya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Ternyata, tantangan terakhir di atas pun tidak mampu dijawab kaum kafir Quraisy oleh karena al-Quran bukanlah ciptaan Muhammad atau makhluk, melainkan firman-firman Allah (Kalāmullāh) yang merupakan bagian dari sifat-Nya yang Qadīm.
Berdasarkan pengertian-pengertian i'jāz dan kaitannya dengan tahapan-tahapan tantangan al-Quran yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa i'jāz al-Quran (kemukjizatan) tidak hanya terbatas pada satu surah tetapi juga mencakup ungkapan-ungakapan yang terdapat dalam ayat-ayatnya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abū Husain Ahmad bin Fāris bin Zakariyah, Mu’jam Maqāyis al-Lughat (Mesir: Mushtāfa al-Bāb al-Halabi wa al-Syarikah, 1972. Mannā al-Qaththān, Mabāhiś fī ‘Ulūm al-Qur’ān, Bairūt: Mansyūrāt li al-Ashr al-Hadīś, 1973. Said Agil Husin al-Munawar dan Masykur Hakim, I’jaz al-Qur’an dan Metodologi Tafsir, Semarang: Dina Utama, 1994. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1992.
Anda Bisa Mendownload Makalah tentang I'jaz al-Quran di Sini
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar