Skip to main content

Keniscayaan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 11, 2011

Ketika kita memperhatikan kata-kata seperti, genap, ganjil, delapan dan tujuh, maka akan kita temukan adanya hubungan antara genap dengan delapan, dan ganjil dengan tujuh. Kemudian hubungan tersebut akan membentuk premis-premis yang logis seperti, delapan adalah genap dan tujuh adalah ganjil.
Interaksi logis antara angka delapan dan genap dan angka tujuh dan ganjil, didasarkan atas realitas luar yang ada di alam ini dan di pikiran kita, bahwa hubungan hakiki antara realitas itu tak terpisahkan. Dengan ungkapan lain, genap merupakan hakikat delapan, dan delapan me-niscaya-kan genap. Adalah mustahil memisahkan antara sifat genap dan angka delapan. Begitu pula antara sifat ganjil dan angka tujuh. Hubungan hakiki antara realitas-realitas tersebut disebut niscaya atau keniscayaan. Akan tetapi, tidak dimungkinkan antara delapan dengan genap, karena realitas yang ada dalam angka delapan bukan hanya ‘genap’. Begitupula dengan angka tujuh dengan ‘ganjil’. Dalam artian hubungan keniscayaan di sini tidak berlaku.
Hubungan hakiki antara eksistensi dan Tuhan disebut niscaya, artinya eksistensi dan Tuhan adalah dua hal yang mustahil terpisahkan. Artinya bahwa wujud Tuhan pasti ada, mustahil tiada. Dia adalah niscaya  dan senantiasa ada. Dan wujud Tuhan dalam istilah filsafat disebut Wujud Wajib (wajib al-wujud).
Ada beberapa kritik terhadap pemahaman dari argumen ini, mudah-mudahan di lain waktu sempat kami ungkapkan.
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar