Skip to main content

Perkembangan Islam di Inggris Masa Kolonial

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 25, 2011

Pada kesempatan sebelumnya, telah diuraikan akar historis Islam di Inggris dan perkembangannya. Kali ini akan dikemukakan sedikit material makalah tentang perkembangan Islam di Inggris pada masa kolonial yangmana kita ketahui, bahwa inggris adalah Negara imperial yang paling kuat pada masanya.
Peta imperium Inggris pada tahun 1897 meliputi Nigeria, Mesir, India dan Malaya (Malaysia). Seluruh wilayah itu dihuni oleh populasi Muslim dengan jumlah yang signifikan. Wilayah-wilayah Muslim menyediakan sumber tenaga kerja dan surga bahan mentah yang memberikan kontribusi bagi kemakmuran keluarga kerajaan Inggris.
Pada awalnya, orang-orang India yang datang ke Inggris adalah sebagai pelaut, tentara, atau mahasiswa. Pelaut-pelaut yang dikenal dengan sebutan laskar itu membentuk komunitas pertama di pelabuhan-pelabuhan utama di Inggris dan Scotlandia. Pada awal abad kedua puluh ada juga beberapa ratus orang Muslim yang berprofesi sebagai pedagang keliling yang datang ke Inggris, bahkan mereka berspekulasi datang ke wilayah yang lebih jauh di Scotlandia dengan membawa serta barang dan obat-obatan.
Dalam jangka waktu yang lama selama pemerintahan Ratu Victoria, dua orang pria India diangkat sebagai sekretaris Ratu. Kedua orang itu adalah Mohammed Buksh dan Abdul Karim. Keduanya menjadi pelayan Ratu  tiga hari setelah ratu merayakan hari ulang tahunnya yang ke 60 di tahun 1887. Abdul Karim sempat karirnya dan termasuk figur yang berpengaruh dalam rumah tangga kerajaan.
Selama akhir abad kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas, para pelaut yang direkrut oleh East India Company sering tidak bekerja untuk waktu yang relatif lama ketika kapal-kapal itu harus dok di dermaga London. Namun setelah dibuka Terusan Suez dan perusahaan itu merekrut para pelaut dari Yaman, lahirlah komunitas-komunitas kecil Muslim di kota-kota pelabuhan seperti Cardif, South Shield (dekat New Castle), London dan Liverpool. Dengan semakin meluasnya wilayah jajahan, semakin banyak pula pelaut yang berdatangan ke Inggris. Di Liverpool tumbuh pemukiman yang dihuni oleh para imigran Muslim dari Afrika Barat. Pada saat yang sama, para pedagang dari luar Inggris dan pegawai negeri kolonial Inggris membina hubungan dengan elit lokal. Akibatnya tumbuh komunitas kolonial ekspatriat kosmopolitan di London, yang banyak di antaranya adalah Muslim.
Pada tahun 1860, sebuah masjid untuk pertama kalinya dibangun di Inggris. Mesjid itu terletak di Glyn Rhondd, No. 2, Cardif. Tahun pendirian masjid tercatat dalam Register Situs-situs Keagamaan. Masjid itu kini dipelihara oleh Kantor Statistik Nasional.
Pada tahun 1887, William Henry Quilliam, seorang warga kulit putuh Inggris memeluk Islam. Ia di belakang hari lebih dikenal dengan nama Syaikh Abdullah Quilliam. Ia memimpin komunitas kecil Muslim di Liverpool. Pada tahun 1889 komunitas itu menyewa sebuah rumah yang terletak di jalan Brougham Terrace, No. 8, untuk dijadikan sebagai mushalla. William Henry secara pribadi mengumandangkan seruan adzan dari atas salah satu jendela mushalla itu. Komunitas itu tak lama kemudian mampu membeli rumah yang disewanya, di samping juga membeli rumah yang terletak di sebelahnya. Rumah itu lalu disulap menjadi Institut Muslim Liverpool. William Henry selanjutnya berkunjung ke Turki. Ia diberi gelar “Syaikh al-Islam of The British Isles”. William Henry menerbitkan jurnal mingguan, The Cresent, yang sempat terbit dari tahun 1893 hingga 1908. Setelah meninggal, Henry dimakamkan di Brokwood Cemetry, dekat Mesjid Shah Jehan, di Woking.
Lembaga sosial yang pertama kali didirikan di Inggris adalah Zawiyah Alawiyah.Lembaga ini melayani masyarakat Muslim yang datang dari Yaman dan Somalia yang direkrut di Aden.
Pada tahun 1889 masyarakat Muslim Inggris mendirikan masjid yang diberi nama Shah Jehan Mosque, di Woking. Pembangunan itu disokong oleh Putri bangsawan Muslim India, Begum of Bhopal. Pada tahun itu juga terbit jurnal Muslim untuk yang pertama kalinya di Inggris, India and The Islamic Review, yang kemudian diubah namanya pada tahun 1921 menjadi The Islamic Review. Salah seorang editornya yang terkenal kharismatis adalah Khwaja Kamaluddin.
Sayyed Amir Ali, yang di Indonesia terkenal dengan bukunya yang berjudul Api Islam, mengadakan pertemuan di Hotel Ritz pada tahun 1910 untuk mendirikan lembaga pengumpulan dana yang kemudian diberi nama Dana Masjid London. Ia mengatakan, “Sebuah masjid yang dibangun di London adalah sebuah keputusan tradisi Islam, dan kelayakan bagi ibukota  kerajaan Inggris.” Amir Ali adalah orang India pertama yang ditunjuk sebagai anggota Dewan Kota Praja. Ia kemudian diangkat menjadi anggota Komisi Yudisial dan kemudian menjadi Hakim Agung di Mahkamah Agung Raj. Tahun 1904, Amir Ali menetap di Inggris bersama isterinya yang warga asli Inggris. Anaknya, Waris dan Tariq selanjutnya menggantikan ayahnya menjadi pengawas bagi sejumlah peoyek masjid pertama yang dibangun di London.
Dalam urusan ibadah mahdlah, salat Jumat pelaksanaannya terselenggara berkat bantuan dana dari Masjid London  tahun 1914. Pertama salat Jumat itu dilaksanakan di Lindsey Hall, Notting Hill Gate. Kemudian setelah itu diadakan di Jl. Upper Bedford Place, No. 39. Kemudian pindah lagi ke Jl. Campden Hill, No. 111. Salat Jumat tetap dilakukan di tempat itu hingga tahun 1928.
Pada tahu 1916 seorang Muslim kulit putih warga Inggris, Lord Headly (al-Hajj El-Farooq) mengirim surat kepada Sekretaris Negara, Austen Chamberlain, untuk meminta alokasi dana negara guna membeli dan membangun sebuah masjid di London. Pembangunan masjid itu dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa prajurit Muslim yang gugur dalam pertempuran membela kerajaan Inggris.
Marmaduke Pickthall, anak laki-laki pendeta Gereja Anglikan, yang juga  penyair terpandang dan seorang novelis, menyatakan diri memeluk Islam pada tahun 1917. Kejadian dramatis itu berlangsung setelah ia menyampaikan pidato yang bertajuk Islam and Progress pada tanggal 29 Nopember 1917, di hadapan Perhimpunan Pujangga Muslim di Notting Hill, London Barat. Sepanjang Perang Dunia I (1914-1918) Marmaduke Pickthall secara gencar dan terang-terangan menuliskan gagasannya mendukung Turki. Ketika kampanye propaganda jahat dilancarkan pada tahun 1915 menyusul pembantaian terhadap warga Armenia, Pickthall bangkit menentang dan berargumentasi bahwa kejadian buruk itu tidak bisa ditimpakan kesalahannya kepada pemerintah Turki. Ketika banyak kaum Muslim India terkooptasi oleh kantor kementerian luar negeri untuk menyebarkan propaganda mendukung perang melawan Turki, Pickthall menenntang keras propaganda itu. Ketika kaum Muslim Inggris ditanya tentang keputusannya apakah mereka akan setia kepada Sekutu (Inggris dan Perancis) atau Kekuatan Poros (Jerman dan Turki), Pickthall menjawab, “Saya siap menjadi tentara bagi negara saya, sepanjang tidak harus berperang melawan Turki.”
Pada tahun 1928 di London dibentuk Lembaga Dana Perwalian Masjid Nizamiah London oleh Lord Headly. Dana itu kemudian ditransfer ke Dana Masjid Sentral di London. Lembaga itu kini bernama Pusat Kebudayaan Islamyang terletak di Regents Park.
Asosiasi Islam Barat membuka cabangnya di South Shields. Pembentukan cabang tersebut dilakukan oleh Khalid Sheldrake pada tahun 1930. Dan di tahun 1936 sudah terbentuk Zawiyah Sufi di South Shields, tepatnya di Jl Cuthbert, No. 45. Pada tahun 1938 komunitas Muslim di Zawiyah tersebut telah mencapai 700 orang.
Pada tahun 1933, masyarakat Muslim Inggris di bawah kepemimpinan Ismail de Yorke, mengorganisir even-even keislaman di Portman Rooms, Baker Street. Kemudian pada 1934 dibentuk organisasi Jamiat Muslimin di London Timur, di bawah kepemimpinan Dr. Qazi, dengan cabang-cabang di Birmingham, Manchester, Glasgow,dan New Castle. Kemudian menyusul wafatnya Lord Headly, Sir Hassan Suhrawardy mengambil alih kedudukan ketua Perwalian Masjid Nizamiah.
Pada tahun 1940, Perdana Menteri Inggris, Winston Churchil mengalokasikan dana untuk perluasan tanah guna pembangunan Masjid London. Setahun kemudian Masjid London Timur dan Pusat Kebudayaan Islam  dibuka oleh Duta Besar Mesir untuk Inggris Dr. Hassan Nahjat Pasha. Masjid itu kemudian dikelola oleh organisasi Jamiat Muslimin.
Pada tahun 1944 Raja George VI mengunjungi Pusat Kebudayaan Islam Regents Lodge di Regents Parks dalam rangka pembukaan secara resmi Pusat Kebudayaan tersebut.
Pada tahun 1962 beberapa kelompok mahasiswa daro 6 kota bertemu di Birmingham untuk membentuk Federasi Masyarakat Islam Mahasiswa di Inggris Raya. UK Islamic Mission juga dibentuk pada tahun itu.
Pada bulan April 1969 The Muslim Educational Trust hadir untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan pendidikan dan sekolah anak-anak Muslim di Inggris. Setahun kemudian, tahun 1970, Martin Lings (Abu Bakar Sirajuddin) ditunjuk sebagai penjaga Oriental Manuscripts  di Museum British.
Pada tahun 1971 Jamiat al-Muslimin memulai kerjanya membangun masjid di Victoria Park. Impact International, majalah berita Muslim yang otoritatif diluncurkan di London pada bulan Mei. Dan pada tahun itu pula terbentuk Asosiai Jamiat Ulama Britain.
Tahun 1973 didirikan Dewan Islam Eropa, dengan markas besar di London. Diplomat Salim Azzam ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderalnya. The Islamic Faundation of Leicester dibentuk tahun 1973, dan Prof. Khursyid Ahmad terpilih menjadi Direktur Jenderalnya yang pertama. Yayasan ini kemudian pindah alamat ke Markfield pada 1990.
Dalam bidang pendidikan telah dibuka Institut Muslim bagi Penelitian dan Perencanaan yang bernama Dar al-Ulum. Institut itu dibuka tahun 1974 dan beralamat di Holmcombe Hall, Bury. Publikasi bagi draft prospektusnya dilakukan oleh Kalim Siddqui.
Tahun 1976 diadakan Festival Dunia Islam di London. Setahun kemudian berdiri Pusat Islam di Belfast. Di tahun itu pula Cat Stevens memeluk agama Islam dan namanya diganti dengan Yusuf Islam. Wallahu a'lam.
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar