Skip to main content

Sejarah Perkembangan Islam di Inggris Abad XVI-XVII

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 03, 2011

Pada abad ini kekuatan armada laut Muslim sangat mendominasi laut Mediterranean. Ekspansi Muslim telah mencapai Istanbul sebagai pusat imperium Turki Usmani; Aleppo sebagai jalur penting yang dilalui silk roat; Beirut  sebagai pelabuhan besar yang disinggahi kapal-kapal Eropa; Jerusalem sebagai kota yang banyak diminati para peziarah; Cairo sebagai kota pusat perdagangan; dan Fez sebagai kota yang sangat maju dan terkenal pada saat itu. Ketika armada Spanyol dipandang sebagau ancaman yang menghantui Inggris, Ratu Elizabeth pada pertengahan tahun 1580 tidak ragu-ragu untuk meminta Sultan Murad (penguasa Turki Usmani) membantu armada laut Inggris melawan orang-orang Spanyol. Ketimbang dengan negara-negara Eropa, Inggris lebih menyukai menjalin hubungan perdagangan secara luas dengan negeri-negeri Muslim.
Orang Inggris yang pertama kali memeluk Islam yang namanya tetap bertahan dalam catatan sumber-sumber literatur Inggris seperti The Voyage Made to Tripoli (1583) adalah John Nelson. Ia adalah putera perwira rendah anggota pasukan pengawal Ratu Inggris.
Pada tahun 1636 telah dibuka jurusan bahasa Arab pada Universitas Oxford. Dan diketahui bahwa Raja Inggris Charles I telah mengoleksi manuskrip-manuskrip yang berbahasa Arab dan Persia. Perpustakaan Bodleian di Oxford memiliki manuskrip surat al-Walid (Sultan Maroko) yang ditujukan kepada Raja Charles I. Sebagian isi surat itu berbunyi sebagai berikut: 
“Kepada Baginda yang mulia. Telah sampai pelayan Anda kepada kami, John Harrison, dalam keadaan baik dan sehat, penuh anugerah dan harapan tulus. Dia tinggal menetap bersama kami dan diperlakukan dengan baik dengan segenap sikap murah hati …”
Kekacauan perang sipil mungkin menjadi pendorong beberapa orang Inggris untuk memutus hubungan tradisi yang baik, sehingga sebuah catatan yang dibuat tahun 1641 dengan mengacu kepada sebutan “sebuah sekte penganut Muhammad” (a sect of Mahomatens) dinyatakan “telah ditemukan di sini, di London”. Pada sekitar tahun 1646 Raja Charles diasingkan ke Oxford setelah dikepung oleng angkatan bersenjata pimpinan Cromwell. Pertempuran terburuk pecah dan berakhir pada kekalahan pasukan yang setia kepada raja. Pada bulan Desember 1648, Dewan Mechanics dari New Commonwealth menyuarakan sebuah toleransi bagi berbagai kelompok agama termasuk Muslim. Setahun kemudian, 1649, terjadi even penting dalam perjalanan sejarah Muslim di Inggris di mana  Al-Quran untuk pertama kalinya diterjemahkan di Inggris oleh Alexander Ross dan kemudian dicetak. Pencetakan itu sampai menghasilkan edisi kedua. Fakta ini membuktikan bahwa terjemahan al-Quran mengalami jangkauan sirkulasi yang luas di kalangan masyarakat Inggris.
Ketika Cromwell menjadi penguasa tunggal Inggris di tahun 1649, acuan kepada Islam dan kaum Muslim menjadi bagian dari diskusi yang menggejala pada saat itu. Musuh-musuh Cromwell menyerang kaum revolusioner karena mereka tidak menaruh respek kepada para pendeta dan menolak ajaran dan pendapat resmi petinggi Gereja Anglikan. Musuh-musuh Cromwell mencemooh dengan mengatakan, “Sungguh, jika pengikut-pengikut Kristiani mau bahkan rajin membaca dan mengamati hukum dan sejarah Muhammad, mereka boleh jadi merasa malu ketika melihat betapa tekun dan bersemangat para pengikut Muhammad dalam mengerjakan ketaatan kewajiban, kesalehan dan amal ibadah; betapa tulus ikhlas, suci dan takzimnya di dalam masjid, begitu taat kepada para ulama mereka. Bahkan orang Turki terhormat sekalipun tidak akan mencoba melakukan sesuatu tanpa berkonsultasi dengan muftinya.” Kaum revolusioner dikritik karena mereka hanya mengikuti otoritas-otoritas keagamaan  yang dideklarasikan oleh mereka sendiri. Sementara, sultan sekalipun sangat memperhatikan nasihat-nasihat mufti dalam persoalan keagamaan. Penulis-penulis lain yang tidak menaruh simpati kepada revolusi Cromwell membandingkan para profesor agama orang-orang Turki dengan kaum puritan Cromwell. Dan layak diketahui bahwa di kalangan orang dekat Cromwell terdapat orang-orang hebat seperti Henry Stubbe, sarjana ahli bahasa Latin, Yunani, dan Hebrew, dan terdapat pula sahabat Cromwell yang lain, Pocock, seorang profesor yang ahli bahasa Arab di Oxford.
Cromwell dan sekretarisnya, John Milton, menunjukkan keakrabannya kepada al-Quran. Hal itu tergambar dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada penguasa Muslim Al-Jazair di bulan Juni 1656. Dalam suratnya Cromwell menyatakan: “Cromwell mengharapkan pihak yang dikirimi surat  agar mematuhi persetujuan dagang antara kedua negara karena tabaiat agama Islam adalah ‘kami sekarang, pada saat ini, merasa perlu untuk menyukai Anda yang telah memaklumkan diri Anda sendiri sampai saat ini dalam segala hal untuk menjadi orang yang mencintai kebenaran, membenci kebatilan, mematuhi amanah dalam perjanjian.’ Kata-kata terakhir menegaskan deskripsi yang tepat mengenai Islam sebagai sebuah agama yang mengajak kepada kebenaran dan menanggalkan perbuatan batil.” Cromwell banyak mengutip teks-teks al-Quran dalam berkomunikasi melalui surat. Tidak hanya ditujukan kepada kaum Muslim di seberang lautan, tetapi juga orang-orang Kristen yang tinggal di England dan kepulauan Inggris selebihnya.
Ilmuwan dari Universitas Cambridge, Isaac Newton, tercatat sebagai orang sangat dipengaruhi oleh pemikiran sarjana Muslim Arab. Pada tahun 1674, dengan penuh resiko dan keranian menolak untuk berpegang pada ajaran suci trinitas. Michael White, penulis biografi Newton menyatakan, Newton secara fanatik menentang konsep trinitas.
Pada abad XVII teks-teks berbahasa Arab dalam bidang matematika, astronomi, kimia dan kedokteran merupakan tema sentral bagi program pendidikan yang lebih tinggi di Inggris. Untuk memperoleh akses kepada pengetahuan lebih lanjut pada saat itu, bukan hanya penerjemahan yang dimulai di Oxford dan Cambridge, tetapi juga persiapan untuk melatih sebuah generasi sarjana yang ahli berbahasa Arab. Seorang pengunjung di Westminster School mencatat dalam buku hariannya, “Saya mendengar dan melihat sejenis latihan pada pemilihan para sarjana di Westminster School untuk dikirim ke Universitas, baik yang berbahasa Latin, Yunani, Hebrew maupun Arab.
Kemampuan linguistik sangat penting karena menurut Isaac Borrow, profesor matematika Cambridge, penguasaan bahasa Arab perlu untuk penguasaan lebih lanjut pengetahuan-pengetahuan tersebut. Para tokoh intelektual Muslim yang kenamaan dikenal dengan nama-nama mereka yang sudah “berbau” Inggris: Alfarabi, Algazel, Abensina, Abenrusd, Abulfeda, Abdiphaker, Almanzor, Alhazen. Water Salmon termasuk di antara mereka yang menyusun ilmu fisika praktis (1692) dari ‘Geber Arab’, atau ahli kimia, Jabir bin Hayyan. Robert Boyle  (ahli kimia yang dikenal oleh setiap siswa sekolah) mempelajari sains dari literatur berbahasa Arab dengan tujuan agar mampu menghadapi tantangan dari konsepsi tradisional dalam pengetahuan kontemporer. Newton mewariskan lebih dari sejuta kata dalam subyek kimia dengan kata-kata asli berbahasa Arab.
Referensi Makalah®
*Berbagai Sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar