Skip to main content

Beberapa Metode Penarikan/Pengambilan Sampel

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 18, 2011

Teknik penentuan sampel sangat urgen perannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel pada hakekatnya adalah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang refrensentatif, artinya, sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Oleh karena itu, dalam penentuan sampel ada empet faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan  besarnya sampel yang diambil, sehingga dapat diperoleh gambaran yang refresentatif dari populasinya.
Persoalan teknik sampling ini dapat dijumpai beberapa pembagian yang berbeda-beda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa teknik sampling harus secara maksimal memungkinkan diperolehnya sampel yang refresentatif. Untuk itu, dikenal teknik random yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam menetapkan sampel yang refresentatif. Disamping itu, terdapat juga teknik non-random yang lebih rendah, kemungkinannya menghasilkan  sampel yang refresentatif. Bertolak dari asumsi itu, dikemukakan teknik sampling sebagaiberikut:
  • Sampel Random atau Sampel Acak. Teknik sampling ini dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu, peneliti harus melepaskan diri dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Cara sampel random ini ialah setiap subyek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subyek. Setelah seluruh subyek diberi nomor, maka sampel random dilakukan, baik dengan cara undian, cara ordinal maupun dengan menggunakan tabel bilangan.
  • Sampel Barstrata atau Stratified Sampel. Dalam teknik ini pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara bertingkat atau berjenjang. Tingkatan itu sangat tergantung pada kondisi populasi. Misalnya penelitian tentang kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka peneliti mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, pendidikan, umur dan sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila peneliti berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada.
  • Sampel Wilayah atau Acara Probability Sampel. Sampel ini memiliki kesamaan dengan sampel berstrata, dilakukan apabila ada perbedaan antara strata yang satu dengan strata lain, maka  dilakukan sampel wilayah apabila ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Di samping itu, metode sampling semacam ini mempunyai keuntungan dan kelemahan.
  • Sampel Proporsional atau Proportional Sampel. Teknik pengambilan sampel proporsional dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Hal ini dilakukan, karena banyaknya subyek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata.
  • Sampel bertujuan atau Purposive Sampel. Sampel purposive dilakukan degan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti boleh menentukan sampel ini, tetapi peneliti konsen dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Sampling yang purpoesive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Di samping itu, peneliti berusaha agar dengan sampel terdapat wakil-wakil dari lapisan populasi. Dengan demikian, diusahakan agar sampel itu memiliki yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Oleh karena itu, sampel ini, disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.
  • Sampel Kuota atau Quota Sampel. Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Dalam teknik ini, jumlah populasi tidak diperhitungkan, akan tetapi diklasifikasi dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quotum tertentu pada setiap kelompok yang seolah-olah berkedudukan masing-masing sebagai sub populasi terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Metode ini mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.
  • Sampel Aksidental. Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada. Misalnya menanyakan siapa  saja dijumpainya di jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu. Karena sampel ini sama tidak representatif, oleh karena tak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.
  • Sampel Sistematik. Sampel ini diambil dari populasi dengan jarak atau interval tertentu, antara lain berupa interval waktu munculnya gejala atau interval ruang berupa jarak tempat munculnya suatu gajala. Batas jarak atau interval waktu atau jarak munculnya gejala itu harus tetap dan untuk semua gejala yang dijadikan sampel. Oleh karena itu metode ini, disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.
  • Sampel Ganda (Double Sampels). Sampel ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud memungkinkan data dari sampel masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih banyak dari sampel minimun yang telah ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat, dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirim. Dengan mengirim dua set kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan sehingga jumlah atau ukurang sampel yang telah ditentukan dapat terpenuhi.
  • Multiple Sampel. Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda atau sampel kembar. Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan dengan ketentuan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini, kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi sampel ini hanyak dapat dilakukan apabila jumlah atau ukuran populasi cukup besar.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
S.Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Muh.Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar